To read this blog in English, click here
Ketidakadilan iklim adalah kontribusi yang tidak merata dari dampak krisis iklim, di mana masyarakat yang telah berkontribusi paling sedikit terhadap krisis iklim seringkali menjadi yang paling terdampak. Krisis iklim adalah ancaman bagi semua orang, tetapi beberapa komunitas — yang kurang beruntung secara sosial dan ekonomi — harus menghadapi risiko yang lebih besar karena di mana mereka tinggal, kesehatan mereka, pendapatan, dan kemampuan mereka untuk mengakses sumber daya. Salah satu komunitas yang lebih rentan adalah masyarakat adat.
Di Indonesia, banyak masyarakat adat telah menjadi korban ketidakadilan iklim, salah satunya adalah masyarakat adat Dayak. Masyarakat adat Dayak terutama hidup di dekat sungai dan pegunungan di pedalaman Kalimantan dan karena itu mata pencaharian mereka sepenuhnya tergantung pada ketersediaan sumber daya alam. Seiring waktu, masyarakat Adat Dayak sangat terdampak oleh krisis iklim, termasuk kebakaran hutan, deforestasi, dan banjir bandang yang menyebabkan kerusakan akses jembatan ke kota.
Siapa yang perlu bertindak untuk menyelesaikan ketidakadilan iklim?
Sumber: Markus Spiske [1]
Kita semua diperlukan dalam hal ini! Masyarakat adat tidak bisa mengalahkan ketidakadilan iklim di komunitas mereka sendiri, sama seperti bagaimana kita tidak bisa memerangi krisis iklim hanya sendiri. Krisis iklim membutuhkan gerakan skala besar yang dimulai dalam diri kita sebagai individu, karena kekuatan individu terbesar adalah mengumpulkan suara kolektif.
Apa yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan ketidakadilan iklim?
Ada banyak gerakan yang telah diambil oleh pemuda Indonesia untuk mengalahkan krisis iklim dan ketidakadilan iklim, beberapa di antaranya adalah kegiatan berikut:
1. Sakolah Budaya Patamuan Talino
Sakolah Budaya Patamuan Talino didirikan oleh pemuda Indonesia, Jhonatan Yudhitya Pratama yang merupakan Pemimpin Pemuda Dayak, untuk melawan ketidakadilan iklim melalui peningkatan pengetahuan adat. Menerapkan konsep "Alam sahabatku, hutan naunganku, budaya tumpuan kakiku", Sakolah Budaya Patamuan Talino bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bersama-sama melestarikan hutan sekaligus melindungi pelestarian warisan adat.
2. Rebellion Extension
Rebellion Extension adalah gerakan lingkungan global dengan tujuan untuk menegakkan tindakan pemerintah untuk menghindari titik kritis dalam sistem iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan risiko keruntuhan sosial dan ekologis. Rebellion Extension bertindak melalui strategi 1) protes dan persuasi, 2) non-kerja sama, dan 3) intervensi yang bertujuan untuk menciptakan dunia yang penuh keadilan yang layak bagi semua makhluk hidup dari generasi ke generasi.
Gambar:
[1] https://unsplash.com/photos/ctUIyfOyWsE
Commenti