To read the article in English, click here.
Pada tahun 2016, PBB menyatakan bahwa 54% orang di seluruh dunia tinggal di daerah perkotaan dan 68% penduduk dunia diproyeksikan akan tinggal di daerah perkotaan pada tahun 2050 [1]. Pada akhirnya, hal ini mendorong pertanian dalam kota menjadi salah satu alternatif pertanian yang baik. Pertanian perkotaan merupakan upaya untuk menanam tanaman dan memelihara hewan di dalam kota. Ini membawa banyak manfaat seperti menciptakan peluang untuk meningkatkan ketahanan pangan di kota, memperbaiki lingkungan kota dan menciptakan kesadaran tentang keberlanjutan melalui pertanian perkotaan. Untuk mencapai hal ini, ada beberapa rintangan yang harus diatasi termasuk kurangnya ruang, risiko polusi, dan kerangka hukum dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk memungkinkan pertanian perkotaan dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Pro
Ketahanan Pangan dan Kesehatan
Pertanian perkotaan adalah sebuah solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan dengan menyediakan cara yang lebih efisien untuk memproduksi makanan segar. Biasanya, produk yang dikonsumsi setiap hari diterima dari peternakan yang cukup jauh sehingga penggunaan pengawet dan pestisida sering terjadi. Ketika pertanian perkotaan ada, pengurangan jumlah transportasi produk pangan tidak hanya akan membantu meningkatkan umur simpan produk segar tanpa menambahkan banyak bahan pengawet dan pestisida, tetapi juga memiliki manfaat bagi kesehatan kota [2]. Ketersediaan pangan segar yang banyak akan mendorong peningkatan konsumsi produk segar dan mengurangi konsumsi pangan olahan yang akhirnya dapat mengarah pada peningkatan kualitas hidup [3].
Photo by Markus Spiske on Unsplash
Bermanfaat bagi Lingkungan
Pertanian dalam kota juga dapat membantu meningkatkan keanekaragaman hayati ekosistem di kota. Dengan ekosistem yang beragam maka akan terjadi peningkatan kualitas udara di kota dan membantu mengurangi Urban Heat Island, dimana daerah perkotaan cenderung memiliki suhu panas yang lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan [4]. Penggunaan bahan kimia juga akan berkurang karena penggunaan pestisida dan pengawet akan berkurang secara substansial. Jejak karbon di kota akan berkurang dengan meningkatnya pertanian perkotaan karena transportasi produk berkurang juga.
Menciptakan Kesadaran
Kesadaran tentang lingkungan diperlukan untuk menciptakan masa depan di mana kehidupan masih ada. Pertanian perkotaan membantu menciptakan kesadaran lingkungan itu dengan melibatkan warga dalam sistem pangan dan menghubungkan mereka dengan petani lokal di kota. Selain itu, penciptaan lapangan kerja, pelatihan, dan pendidikan bagi warga negara dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan [3].
Baca juga: 4 Types of Urban Farming to Try at Home
Kontra
Kurangnya Ruang
Kota-kota besar di daerah perkotaan biasanya memiliki populasi padat, sehingga terdapat banyak perumahan dan bangunan komersial. Hal ini mengambil banyak ruang sehingga tidak menyisakan ruang untuk pertanian perkotaan. Tanah di kota juga lebih mahal dan akan membatasi keuntungan yang didapat dari pertanian perkotaan. Dengan pemikiran tersebut, banyak upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ruang seperti inovasi pertanian vertikal [3].
Risiko Polusi
Tanah di kota kemungkinan besar sudah tercemari oleh berbagai hal kota sehingga sangat terkontaminasi dan tidak dapat digunakan secara langsung. Oleh karena itu tanah baru akan dibutuhkan untuk menyediakan dasar bagi pertanian perkotaan. Pasokan air kota juga dapat terkontaminasi oleh penyakit yang ditularkan melalui air, bahan kimia, dan bakteri yang disebabkan oleh pertanian perkotaan. Hal ini dapat menimbulkan wabah penyakit seperti disentri, kolera, salmonella dan penyakit lainnya [2]. Petani di industri pertanian perkotaan juga mungkin masih menggunakan bahan kimia dan pestisida sehingga dapat meningkatkan tingkat polusi di kota.
Photo oleh Marc-Olivier Jodoin on Unsplash
Hukum dan Kebijakan
Hingga saat ini, kebijakan tentang pertanian perkotaan masih kurang, kabur dan tidak jelas. Selain itu, produksi pertanian dari pertanian perkotaan belum diatur. Akan ada kekurangan infrastruktur pemasaran yang akan membatasi tingkat efisiensi yang dapat dilakukan oleh urban farming [5]. Beberapa pertanyaan yang mungkin muncul antara lain:
Apakah semua lahan diperbolehkan untuk dijadikan tempat pertanian atau apakah lahan tersebut sudah diperuntukkan untuk keperluan bangunan?
Bagaimana pajak untuk produk pertanian perkotaan?
Kesimpulannya, urban farming menciptakan peluang untuk meningkatkan keamanan pangan, keberlanjutan, dan kesadaran terhadap lingkungan, tetapi tidak mudah untuk diterapkan. Ini memiliki rintangan untuk diatasi seperti kurangnya ruang, risiko polusi, dan di sisi administrasi, kerangka hukum dan kebijakan yang sulit. Hal ini menimbulkan teka-teki apakah urban farming akan menguntungkan atau merugikan?
Sumber
Photo oleh Markus Spiske on Unsplash
Photo oleh Marc-Olivier Jodoin on Unsplash
Comentários