To read this article in English, click here
Source: Unsplash [4]
Binatang dan plastik tidak bisa bersama! Kita kembali diingatkan akan fakta tersebut sesudah seorang pengunjung di Taman Safari Bogor tertangkap melempar gelas plastik ke dalam mulut kuda nil. Bagi kita yang sudah kenal dengan bahaya plastik, berita ini tentunya memalukan sekaligus membuat jengkel. Tetapi, insiden ini bukanlah hal yang paling menakutkan dari semua masalah plastik yang ada.
Isu yang lebih mengerikan soal plastik mungkin adalah kenyataan bahwa plastik pada akhirnya akan terpecah menjadi potongan-potongan kecil yang disebut mikroplastik (dengan ukuran tidak lebih dari 5 mm) [1]. Jadi, pertanyannya adalah apa yang akan terjadi ketika partikel-partikel kecil ini masuk ke dalam mulut binatang atau bahkan mulut kita? Kamu akan menemukan bahwa jabawan pertanyaan tersebut tidaklah begitu terus terang seperti kelihatannya dikarenakan topik ini yang masih dalam pembelajaran.
Mikroplastik bisa menyebabkan efek negatif (atau juga tidak!)
Beberapa studi telah mengindikasikan bahwa mikroplastik mempengaruhi ekspresi gen, pertumbuhan, reproduksi, dan kemampuan bertahan hidup dari binatang [2]. Penelitian pada ikan menunjukkan bahwa paparan pada mikroplastik menghambat pertumbuhan dan mengubah pola-pola kebiasaan seperti menjadikan ikan mengacuhkan bau pemangsa dan memilih plastik daripada zooplankton sebagai makanan [3]. Akan tetapi, beberapa studi lain memiliki hasil berbeda. Dalam studi-studi tersebut, mikroplastik tidak memberikan efek negatf sama sekali [2]. Bagaimana bisa hasilnya bervariasi seperti ini?
Jika dianalogikan dengan lebih sederhana, kita bisa mengatakan mikroplastik sebagai mikroba. Beberapa mikroba membahayakan tubuh kita, sedangkan mikroba lainnya tidak. Mari lanjutkan membaca untuk lebih memahami problematika ini.
Beda kondisi, beda hasil
Dalam bentuk material berukuran besar, plastik dapat mencekik binatang. Akan tetapi, ukuran mikroplastik menghalangi mereka untuk melakukan hal tersebut sehingga bahaya dari mikroplastik datang dari perbedaan komposisi komponen kimia pembentuknya.
Studi pada krustasea yang dipaparkan pada polystyrene dan terephthalate menujukkan hasil berbeda. Kelompok krustasea pertama menghasilkan keturunan lebih sedikit daripada jumlah biasanya, sedangkan kelompok kedua tetap menghasilkan banyak keturunan.
Eksperimen lain menemukan bahwa bentuk mikroplastik juga berpengaruh. Sebagai contoh, studi menemukan bahwa microfiber (dari tali dan pakaian) lebih mungkin menyebabkan kerusakan daripada pecahan ataupun bulatan mikroplastik. Terakhir, ada juga faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan, seperti dosis dan durasi pemaparan [2].
Source: Intelligent Living [5]
Kembali ke analogi kita, kita akan menemukan kondisi-kondisi di atas juga muncul pada mikroba, bukan? Katakan bahwa seseorang memiliki imunitas yang sesuai untuk melawan Virus X, baiklah, tak akan terjadi apa, sementara hal yang sama mungkin tidak terjadi pada orang lain. Ada banyak faktor berbeda yang memang harus kita pertimbangkan.
Tetapi jangan ambil risiko
Meskipun kita masih perlu melakukan berbagai studi dan penelitian, lebih baik kita tidak mengambil risiko karena mikroplastik memiliki kemungkinan untuk membahayakan kesehatan manusia. Ada banyak cara bagi mikroplastik untuk masuk dalam rantai makanan, termasuk melalui organisme dasar seperti zooplankton. Karena manusia duduk di puncak dari rantai makanan, kita berada pada ancaman yang lebih besar untuk memakan mikroplastik dan menjadikan mereka menumpuk dalam tubuh kita [3]. Bukanlah hal yang menyenangkan, bukan?
Source: Encounter Edu [6]
Jadi, daripada mengambil risiko, kita perlu melakukan pencegahan balik mulai dari sekarang. Bagimana caranya? Jawabannya sejujurnya sama dengan mencegah lebih banyak plastik biasa membanjiri Bumi: kurangi sampahmu!
Lalu bagaimana cara kita melakukan hal tersebut? Jangan khawatir! Jika kalian masih memiliki masalah beradaptasi dengan gaya hidup bebas sampah, ada buku elektronik yang bisa kalian beli di took kami! Langsung cek saja!
Sumber:
Foto:
Comments