top of page
Cari

5 Kebiasaan Umum yang Merusak Hutan Kita

To read this blog in English, click here.

Tumpukan potongan pohon di antara hutan yang lebat dan hutan yang telah ditebang

Matt Groeneveld [8]


Deforestasi adalah tindakan penggundulan hutan untuk membuat ruang atau mengambil manfaat dari pohon. Wajar saja jika manusia menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi kehidupan sehari-hari dan demi keuntungan pribadi. Namun, dengan eksploitasi yang terus-menerus, manusia telah mengabaikan fakta bahwa ada batas di mana alam tidak lagi memiliki ekosistem yang seimbang.


Pada periode 2018-2019 saja, Indonesia telah kehilangan 462,4 ribu hektar dari 94,1 juta hektar hutan. Jumlahnya sangat fantastis jika dibandingkan dengan upaya reboisasi yang hanya sejumlah 3,1 ribu hektar [1]. Ketika kita melihat fakta bahwa hutan adalah salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati terkaya di bumi, penggundulan hutan merupakan ancaman serius bagi kesejahteraan bumi.


 
 

Deforestasi terjadi ketika permintaan konsumen terus meningkat, dan perusahaan mengeksploitasi hutan untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Industri, konsumerisme, dan gaya hidup yang sustainable akan menghasilkan masa depan yang lebih menjanjikan untuk lingkungan kita, karenanya sebagai konsumen, kita perlu mulai memperhatikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang memicu deforestasi:


Disclaimer: Daftar ini tidak ditulis berdasarkan urutan dari yang paling mengancam sampai yang paling tidak mengancam hutan kita. Semua poin yang disebutkan di sini diurutkan secara acak.


1. Makan dengan lauk serba daging

Sekumpulan sapi sedang memakan rumput kering

Annie Spratt [9]

Terlalu banyak makan daging, selain mengancam kesehatanmu juga mengancam hutan kita. Hewan ternak, khususnya sapi, membutuhkan tempat tinggal dan hutan adalah jawabannya. 80% deforestasi di Amazon, Brazil, disebabkan oleh peternakan, belum lagi penggundulan hutan untuk perkebunan penyedia makanannya [2]. Data terbaru di tahun 2019 menunjukkan bahwa deforestasi hutan hujan untuk agrikultur terjadi dalam hitungan 40 lapangan sepak bola setiap satu menit [3]. Amazon Aid memiliki gagasan bahwa tanah hutan ini bisa berkurang jauh lebih sedikit jika hasil perkebunan dikonsumsi langsung oleh kita [4].


Mengurangi porsi daging atau memakannya seminggu sekali akan menguntungkan kesehatanmu dan lingkungan kita. Kamu juga bisa merubah gaya hidup untuk menjadi seorang vegan, dan ikut melawan deforestasi dengan memotong konsumsi daging sepenuhnya.


2. Menggunakan banyak kertas

Meja kerja yang penuh kertas dan buku catatan

Daria Obymaha [10]


Kertas kosong adalah barang yang kita gunakan setiap hari. Baik itu kertas kosong, kertas gambar, post it, kardus, atau tas kertas, semuanya berasal dari sumber yang sama: pohon.


Pohon menyediakan rumah untuk hewan yang kita butuhkan untuk menyeimbangkan ekosistem, itu dia mengapa deforestasi adalah salah satu penyebab utama untuk hilangnya keanekaragaman hayati. Walaupun pohon merupakan sumber daya alam yang bisa diperbaharui, kecepatan kita memotong pohon membuat fakta itu tidak berarti. Industri pulp & kertas tidak hanya berkontribusi besar terhadap deforestasi tetapi juga menghabiskan banyak air! [5]


Kamu bisa menggunakan kertas daur ulang yang memiliki lebih banyak pilihan. Mulai dari bahan daur ulang yang biasa terbuat dari kertas bekas, sampai bahan unik seperti kotoran gajah! Ditambah lagi, sebagian besar kertas daur ulang lebih aesthetic karena warnanya yang terkesan lebih hangat.


3. Membeli produk yang tidak sustainable

Lorong sebuah super market

Fikri Rasyid [11]


Tidak banyak orang yang menyadari bahwa minyak sawit ada di mana-mana. Bahan ini dapat ditemukan di dalam coklat, es krim, lipstik, dan bahkan sampo! Permintaan konsumen akan produk higienis dan makanan instan yang sangat tinggi menuntut industri untuk mengambil lebih banyak tanah.


Masalahnya, pohon kelapa sawit hanya tumbuh di hutan hujan tropis dan kita sudah tidak punya banyak hutan hujan yang tersisa. Bahkan salah satu faktor terbesar dibalik kepunahan Orang Utan di Kalimantan adalah eksploitasi hutan untuk perkebunan kelapa sawit [6].


Kamu bisa mulai mengarahkan keranjang belanjaanmu ke brand yang sustainable. Dengan meningkatnya gaya hidup sustainable, kamu dijamin tidak akan kesulitan untuk menemukan apa yang kamu butuhkan. Satu orang lagi untuk memperpanjang hidup satu pohon.


4. Membakar sampah

Seseorang yang sedang membakar sampah di dalam tong sampah

Lisa Fotios [12]


Pengelolaan limbah adalah masalah universal, tetapi beberapa orang tidak begitu sadar tentang dampak yang mereka miliki. Membakar sampah tidak memberikan dampak baik untuk apapun.


Asap mencemari udara dan paru-paru kita, dan yang paling jelas dapat memicu kebakaran hutan di musim kemarau. Pada tahun 2019, aksi pembakaran sampah warga Karangasem menghabiskan sekitar satu hektar Gunung Belik Lesung. Angin musim kemarau yang kuat menyapu api dari tumpukan sampah dan menyebar ke seluruh wilayah dalam hitungan menit [7].


Yang harus kamu lakukan adalah mengelola dan merencanakan pembuangan sampah dengan bijak. Slogan terkenal, reduce, reuse, recycle masih merupakan pilihan terbaik.


5. Menjadi bystander

Seseorang sedang berdiri di depan danau, melihat jauh ke hutan lebat di depannya

Vision Pic [13]


Menjadi orang yang diam dan pasif tidak akan mengubah apa pun. Di era dimana menyuarakan suara adalah suatu hal yang sangat mudah, membuat, menandatangani, dan membagikan petisi tentang masalah hutan hanya berjarak satu layar saja.


Menjadi pasif adalah kebiasaan buruk lainnya. Perubahan datang dengan aksi dan menyebarkan informasi untuk menyelamatkan hutan tidak sulit. Untuk warga Jakarta, Hutan Itu Indonesia adalah organisasi di mana kamu bisa bergabung dalam berbagai acara yang berfokus kepada penyelamatan hutan. Dalam salah satu program tahunan mereka, Kulari ke Hutan, kamu bisa mengadopsi pohon untuk setiap kamu lari per lima meter. Menjadi sehat sekaligus demi diri sendiri dan lingkungan!



Ini hanyalah lima dari banyak kebiasaan buruk yang cenderung kita lakukan setiap hari. Jika kita amati, kita hidup seperti ini karena mudah dan telah terbiasa. Tapi dimana ada kemauan, di situ ada jalan.

 

Apa yang kamu ingin kami tulis selanjutnya? Tulis di forum kami DI SINI!

 

Sumber

[3] https://theecologist.org/2019/sep/27/agriculture-and-deforestation


Foto


0 komentar
bottom of page