top of page
Cari
Gambar penulisLinna Amanda

Yang Perlu Kamu Ketahui Tentang Pencegahan COVID-19: Hand Sanitizer vs. Disinfektan

To read this blog in English, click here.

Source: Anna Shvets [17]


Karena pandemi yang terjadi akhir-akhir ini, masyarakat sibuk mengantri di supermarket dan pasar online untuk membeli produk yang mengklaim mencegah penyebaran COVID-19. Walaupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia telah menyarankan untuk mencuci tangan dengan sabun sebagai pencegahan yang lebih efektif [1], masyarakat tetap menimbun hand sanitizer dan disinfektan. Tetapi, bagaimanakah sebenarnya hand sanitizer dan disinfektan bekerja?


Hand sanitizer hanya efektif jika persentase kandungan alkohol lebih dari 60% [2]. Menurut The Jakarta Post, studi telah menemukan bahwa hand sanitizer efektif untuk memusnahkan bakteri dan virus seperti E coli dan hepatitis A dengan menghancurkan protein yang melapisi virus [3].


Professor Sally Bloomfield di London School of Hygiene and Tropical Medicine, melaporkan bahwa virus corona adalah salah satu virus yang dapat dihancurkan oleh alkohol, tetapi bagaimana virus ini menyebar masih kurang diketahui [4]. Dan juga, tidak ada yang sepenuhnya yakin jika bahan kimia yang terkandung di sanitizer cukup untuk membunuh virus, maka dari itu, membersihkan tangan dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik merupakan metode yang lebih efektif dan telah direkomendasikan secara umum.


Selebihnya, ahli virologi Dr. John Williams menjelaskan bahwa busa yang dihasilkan akan memutus ikatan kimiawi antara virus dan permukaan kulit, sehingga mengurangi resiko agar virus tidak akan menyebar lebih jauh [5].


Tetapi, perlu digaris bawahi bahwa hand sanitizer masih menjadi solusi terbaik untuk membersihkan tangan ketika tidak ada sabun dan air di sekitar Anda. Lalu, bagaimana dengan disinfektan?


Disinfektan juga dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme tetapi tidak seperti pembersih dan antiseptik, disinfektan mengandung pemutih yang tidak aman bagi manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menegaskan kembali fakta ini dan sangat menyarankan untuk memakai sarung tangan karet atau perlindungan berlapis lain ketika bersentuhan dengan bahan tersebut [6]. Dinas Kesehatan Aceh juga menyatakan bahwa paparan bahan kimia tersebut dapat memicu iritasi kulit dan masalah pernapasan [7].


AKSI PEMERINTAH



Seperti yang dilaporkan berita lokal, area publik di beberapa kota besar, termasuk Surabaya, Jakarta, dan Medan, telah disemprot dengan disinfektan, beberapa langsung ke jalanan dan sekitarnya dengan menggunakan mobil gunner polisi [8].


Surabaya merupakan kota pertama di Indonesia yang menyediakan bilik disinfektan dengan menyemprotkan bahan kimia tersebut ke badan secara langsung [9], bertentangan dengan saran WHO yang menyatakan kandungan etanol, klorin, dan H2O2 berbahaya untuk membrane mukosa di mata dan mulut manusia [10].


Prof. Dr. Fredy Kurniawan M.Si dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), menjelaskan bahwa bahan yang digunakan adalah ozon dan klorin dioksida. Ozon terbukti efektif untuk membunuh SARS Cov-2 sedangkan klorin dioksida cukup aman jika terhirup dalam waktu singkat. Walaupun begitu, Ia menyatakan bahwa bahan-bahan tersebut hanya boleh ditangani oleh para petugas medis yang berwenang [11].





EFEK TERHADAP LINGKUNGAN

Source: Min An [18]


Efek lingkungan dari disinfektan tergantung pada bahan kimia yang digunakan. Menurut peneliti China Zhang Liubo, disinfektan berbasis sodium hipoklorit (pemutih) berbahaya bagi lingkungan mengingat bahan kimia tersebut meningkatkan polusi ketika tersebar di sekitar kota [12].


Daripada menggunakan pemutih, pemerintah lokal mengklaim bahwa Indonesia menggunakan benzalkonium klorida, yang umumnya ditemukan sebagai kandungan kimia di produk pembersih umum seperti sabun dan sampo [13]. Dalam konsentrasi tinggi dapat membunuh bakteri, virus, dan mikroorganisme lainnya.


Walaupun begitu, larutan cair tersebut masih bisa berbahaya untuk lingkungan, sebagaimana Organisasi Buruh Internasional menyatakan benzalkonium klorida sebagai kandungan yang toksik untuk organisme air karena korosif dan mudah terbakar [14].


Sebaliknya, sebuah eksperimen oleh Khan (2016) menunjukkan bagaimana air limbah dari bahan kimia ini, jika diolah dengan benar, tidak berbahaya untuk dua jenis algae yang menjadi objeknya, Chlorella vulgaris dan Chlamydomonas reinhardtii. Walaupun air limbah yang diproses dengan benar dapat mengurangi efek berbahaya terhadap lingkungan, kandungan ini masih berdampak negatif pada proses metabolisme dan pertumbuhan tanaman yang telah terpapar [15].


Sabun, di samping itu, terbukti tidak berbahaya bagi lingkungan sebagaimana sebuah studi oleh Universitas Aarhaus menyimpulkan bahwa komponennya sudah rusak terlebih dahulu sebelum menjadi ancaman lingkungan [16]. Untuk bacaan lebih lanjut tentang dampak coronavirus terhadap lingkungan Klik di Sini.


KESIMPULAN

Source: Burst [19]


Selain memiliki efek negatif terhadap lingkungan, menggunakan disinfektan dan pembersih tangan daripada sabun juga berisiko lebih tinggi untuk membahayakan tubuh kita. Disinfektan dimaksudkan untuk digunakan pada benda yang tidak hidup dan hanya dengan rekomendasi para ahli, kebalikannya dengan sabun. Maka dari itu, sabun adalah pilihan terbaik untuk mencegah penyebaran COVID-19 dalam kehidupan kita sehari-hari.


Di luar, pemerintah lokal kita telah melakukan upaya terbaik mereka untuk mengurangi penyebaran dan jumlah korban virus global ini dengan menyemprotkan disinfektan ke ruang terbuka dan bilik tertutup. Meskipun efektivitas metode ini masih meragukan, masih penting untuk mengingat dampak lingkungan yang terkait, khususnya tentang bagaimana hal ini membahayakan tanaman dan pohon, karena kesehatan lingkungan sama pentingnya dengan kesehatan kita sendiri. Meskipun demikian, kita harus tetap bersyukur atas upaya yang telah mereka lakukan dan terus melakukan bagian kita dengan mengkarantina diri sendiri, menerapkan pembatasan sosial, dan mencuci tangan setidaknya selama 20 detik.



 

Apa yang kamu ingin kami bicarakan selanjutnya? Tulis di forum kami DI SINI!


Editor: Christopher Randy


Sumber:

14. International Labour Organization. http://www.ilo.org/dyn/icsc/showcard.display?p_card_id=1584

15. Khan, A. H. (2016). https://ir.lib.uwo.ca/etd/4249/


Foto:


0 komentar

Comments


bottom of page