To read this article in English, click here.
Photo by Vlada Karpovich from Pexels
Adanya pandemi COVID-19 membawa segala macam perubahan yang dirasakan oleh manusia, dikarenakan segala macam aktivitas yang hampir setiap harinya dilakukan didalam rumah. Maka dari itu, untuk membuat suasana nyaman serta produktif secara bersamaan, mempercantik dan berbenah di setiap sudut ruangan dalam rumah pun menjadi hal yang lumrah.
Selain untuk membangun suasana yang positif di dalam rumah untuk beraktivitas, bekerja, ataupun belajar, mendekorasi atau menata ulang ruangan di dalam rumah juga menjadi tren di kalangan masyarakat selama pandemi COVID-19. Hal ini menyebabkan meningkatnya permintaan produk furnitur.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa adanya peralihan atau reorganisasi secara signifikan pada anggaran belanja rumah tangga masyarakat, dari yang sebelumnya digunakan untuk hiburan, pariwisata atau transportasi, menjadi kebutuhan untuk menata dan merenovasi rumah [1]. Hal ini juga menyebabkan nilai ekspor kayu olahan dan furnitur meningkat di Indonesia [2].
Peningkatan ini juga didorong oleh kebiasaan masyarakat yang membeli furnitur secara online. Dengan perubahan perilaku konsumsi masyarakat serta berbagai macam tren dekorasi rumah, industri furnitur harus melakukan penyesuaian dan beradaptasi dengan kondisi tersebut [3].
Photo by Ken Tomita from Pexels
Dampak bangkitnya industri furnitur
Tentunya fenomena ini memiliki beberapa dampak positif maupun negatif dalam berbagai sektor, juga lingkungan kita. Bahan baku yang digunakan dalam industri furnitur dan kerajinan di Indonesia masih cukup tersedia, terutama yang berasal dari hutan produksi dengan luas 68,8 juta hektar, kemudian iklim tropis Indonesia yang menguntungkan bagi beberapa jenis pohon sehingga dapat tumbuh kembali dengan cepat, bahan baku rotan yang melimpah di beberapa pulau di Indonesia, serta meningkatnya produktivitas pelaku industri furnitur dan kerajinan di Indonesia karena banyaknya minat dari konsumen [4].
Tapi dibalik itu, ternyata proses pembuatan furnitur menghasilkan limbah yang cukup tinggi [5]. Permasalahan lingkungan ini cukup besar dan jarang terdengar. Dengan meningkatnya minat masyarakat dalam pembelian furnitur, menyebabkan furnitur lama yang telah dimiliki itu akan tidak terpakai, bahkan terbuang begitu saja. Nyatanya, EPA memperkirakan bahwa setiap tahunnya terdapat 9 juta ton furnitur yang terbuang begitu saja [6]. Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah hal tersebut?
Apa yang harus dilakukan
Berikut merupakan beberapa hal yang dapat kita lakukan agar sampah furnitur kita tidak terbuang begitu saja.
Melakukan daur ulang untuk furnitur jika memungkinkan
Donasikan atau jual kembali furnitur yang sudah tidak ingin digunakan
Membeli dari perusahaan yang ramah lingkungan
Gunakan kembali untuk keperluan lainnya
Membeli barang sesuai selera pribadi dan tidak terlalu mengikuti tren
Perbaiki dan lakukan perawatan secara rutin [7].
Photo by Nathan Oakley on Unsplash
Kesimpulan
Tidak apa-apa jika memang ingin melakukan hal untuk membuat rumah kita nyaman dengan berbagai cara, salah satunya dengan menghias dan melengkapi dengan berbagai macam furnitur terbaru. Namun, kita harus mempertimbangkan segala macam dampak yang dihasilkan dari perilaku kita, terutama untuk lingkungan.
Comments