Plastik memungkinkan gaya hidup modern, tetapi apakah zaman plastik sudah di ambang akhir?
Sumber: Tom Fisk [8]
To read this article in English, click here
Jakarta — Sampah plastik merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan di Indonesia. Meskipun Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi polusi plastik di Indonesia, sampah plastik yang mencemari perairan Indonesia diperkirakan akan naik sebesar 30% dalam jangka waktu lima tahun ke depan, dari 620 ribu ton per tahun ke 780 ribu ton per tahun [1].
Padahal, telah diketahui bahwa Indonesia adalah negara dengan jumlah pencemaran plastik ke laut terbesar kedua di dunia [2].
Apa penyebab polusi plastik di Indonesia?
Berdasarkan penelitian oleh National Plastic Action Partnership (NPAP), ada tiga penyebab utama polusi plastik di Indonesia, yaitu Sistem pengelolaan sampah yang tidak memadai, Penggunaan plastik yang dapat dihindari dan yang bermasalah dan Plastik dengan nilai residu rendah.
1. Sistem pengelolaan sampah yang kurang memadai
Sumber: National Plastic Action Partnership (NPAP) [1]
Sistem pengelolaan sampah di Indonesia tidak memadai karena hanya 2.6% APBD dialokasikan untuk penanganan sampah di Indonesia [3].
Akibatnya, 61% dari total 6.8 juta ton sampah plastik yang dihasilkan oleh masyakarat Indonesia per tahunnya tidak mampu ditangani dengan cara yang telah ditentukan dan pada akhirnya hanya dibakar bahkan dibuang sembarangan sehingga mencemari lingkungan dan masuk dalam kategori sebagai illegal dumping [1].
Selain itu, sistem pengelolaan sampah di Indonesia pada umumnya tidak melakukan pengelompokan jenis-jenis sampah yang ditampung sehingga berdampak dengan tingginya tingkat kontaminasi, turunnya nilai daur ulang dan naiknya risiko leakage pasca pengumpulan [1,4].
Apalagi, sebagian besar sampah plastik yang dikumpul langsung diteruskan ke TPA tanpa diproses terlebih dahulu dan dengan cara penanganan sampah tersebut telah membuat sampah menumpuk di TPA. Sebagai contoh adalah TPA Bantar Gebang yang dikabarkan hanya mampu menampung hingga tahun depan karena kehabisan tempat [5].
Dan sampai saat ini, Indonesia belum mempunyai fasilitas pembakaran sampah secara komersial dan/atau fasilitas yang mengelola sampah plastik di konversikan menjadi energi walau sudah direncanakan.
2. Penggunaan plastik yang dapat dihindari dan yang bermasalah
Sumber: Our World In Data [2]
Plastik mempunyai peran yang penting dalam perekonomian Indonesia, akan tetapi beberapa pengunaannya sebenarnya dapat dihindari dan bermasalah dimana hanya menjadi sumber limbah, polusi dan risiko kesehatan.
Contohnya adalah kemasan plastik. Walaupun memiliki manfaat ekonomis dan meningkatkan produktivitas, kemasan plastik bertanggung jawab atas hampir setengah sampah plastik global dikarenakan pada umumnya dibuang setelah sekali pakai [2]. Juga sebesar 32% kemasan plastik terbuang percuma serta menjadi beban biaya ekonomi [6].
Selain itu, contoh penggunaan plastik yang dapat dihindari adalah meminta alat makan plastik saat memesan makanan secara online, menggunakan kantong plastik saat berbelanja dan melayani tamu dengan menyuguh air minum menggunakan gelas polypropylene (PP) meskipun ada dispenser.
Terlebih daripada itu, beberapa jenis plastik yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masih beredar. Contohnya adalah penggunaan plastik oxo-degradable yang selama ini dipromosikan sebagai solusi untuk pencemaran laut. Padahal, sampah plastik ini mempunyai dampak yang lebih besar pada ekosistem dan kesehatan dibandingkan dengan jenis plastik lainnya [7].
3. Plastik dengan nilai residu rendah
Sumber: McKinsey [4]
Sistem pengelolaan sampah dan industri daur ulang biasanya lebih fokus pada plastik dengan nilai tertinggi, seperti botol dan wadah PET dan HDPE di daerah komersial dan industri [1]. Hal ini sangat dimengerti mengingat komunitas pemungut sampah hanya mendapatkan $0.50 per kilogram kantong plastik sementara mereka mampu mendapatkan tujuh kali lipat ketika mengumpulkan botol PET.
Yang menjadi pokok masalah adalah plastik dengan nilai rendah kemungkinan besar tidak akan dipungut dan menurut McKinsey, 80% sampah plastik memiliki nilai rendah residual dan sebagian besar adalah sumber sampah plastik di laut [4].
Plastik memungkinkan gaya hidup yang modern, tetapi sangat jelas bahwa cara kita mengelola sampah plastik mempunyai dampak yang buruk pada lingkungan. Apabila Pemerintah Indonesia sungguh mempunyai keinginan untuk menyelamatkan lingkungan, maka kita perlu mengambil langkah yang lebih drastis untuk meningkatkan kualitas sistem pengelolaan sampah, serta mengadopsi pedoman ekonomi sirkular untuk meminimalisir dampak negatif dari produksi dan konsumsi plastik masyarakat Indonesia.
Lingkungan kita begitu penuh dengan sampah plastik sehingga kita tidak dapat membuang-buang waktu.
Sumber: Markus Spiske [9]
Punya tips untuk mengurangi sampah plastik? Bagi tips Anda di FORUM kita!
Sumber:
[7] https://ecostandard.org/wp-content/uploads/oxo-statement.pdf
Foto:
Коментарі