top of page
Cari

Kenapa Jakarta Semakin Tenggelam? Dan Apa Artinya bagi Kita Semua.

Masalah penurunan tanah dari tahun ke tahun dan perubahan iklim telah menyebabkan hampir separuh kota Jakarta di bawah permukaan laut.

Pada awal tahun 2020, Jakarta kebanjiran. Setidaknya 60 korban tewas, dan lebih 170,000 orang harus dievakuasi

Source: Tom Fisk [8]


To read this article in English, click here.


Jakarta - Pada tahun 2019, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa ibukota negara akan dipindahkan ke Pulau Kalimantan dan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan utama adalah masalah lingkungan di Jakarta yang sudah semakin sulit dikendalikan.


Menurut BBC, Jakarta akan menjadi kota yang paling cepat tenggelam di dunia [1]. Masalah penurunan tanah dari tahun ke tahun dan perubahan iklim telah menyebabkan hampir separuh kota Jakarta di bawah permukaan laut. Jika ini terus berlanjut, sebagian besar kota Jakarta diprediksi akan tenggelam pada tahun 2050.


Sebelum itu terjadi, Jakarta harus menghadapi masalah lain. Kombinasi penurunan tanah dan perubahan iklim juga semakin memperburuk apa yang selalu menjadi masalah bagi kota Jakarta, yaitu banjir.


Kombinasi penurunan tanah dan perubahan iklim juga semakin memperburuk apa yang selalu menjadi masalah bagi kota Jakarta, yaitu banjir.

Sebagian besar penduduk Jakarta terpaksa harus bergantung dengan air tanah sebab hanya seperempat populasi Jakarta memiliki akses ke jaringan pipa air bersih [2]. Namun, ekstraksi air tanah yang selama ini dilakukan secara berlebihan telah membuat tanah Jakarta turun secara drastis. Buktinya, beberapa wilayah di Jakarta Utara mengalami penurunan tanah sebesar 25cm setiap tahunnya [1]. Akibatnya, banyak gedung mengalami kerusakan di ambang roboh, atau menjadi semakin rentan terhadap banjir.


Selain itu, cuaca ekstrem juga mengancam memperparah kondisi banjir di Jakarta.


Terjadinya banjir di Jakarta seringkali disebabkan oleh turunnya badai dan hujan lebat dari angin topan tahunan [3]. Memasuki awal tahun 2020, Jakarta kebanjiran setelah dilanda hujan lebat sepanjang malam. Setidaknya 60 korban tewas, dan lebih 170,000 orang harus dievakuasi [4]. Bahkan, bandara Halim Perdanakusuma terpaksa ditutup.


Sumber: The Jakarta Post [5]


Masalahnya, perubahan iklim akan meningkatkan intensitas curah hujan di Jakarta serta dampak negatifnya, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah karena mayoritas tinggal berdekatan dengan sungai [6]. Menurut World Bank, 20% dari 9 juta ton sampah plastik yang dihasilkan Indonesia berakhir di sungai. Alhasil, risiko banjir bagi mereka pun semakin tinggi dengan adanya penyumbatan sungai [7].


Menurut World Bank, 20% dari 9 juta ton sampah plastik yang dihasilkan Indonesia berakhir di sungai. Alhasil, risiko banjir bagi mereka pun semakin tinggi dengan adanya penyumbatan sungai.

Physical expansion yang selama ini tidak terkendali juga akan memperburuk kondisi banjir di Jakarta [4]. Pertumbuhan populasi yang masif telah memperbanyak lahan di Jakarta yang dibangun untuk penggunaan kota. Akibatnya, Jakarta menjadi semakin rentan terhadap banjir sebab pohon-pohon yang dulunya dapat memberikan pertahanan alami sudah berkurang drastis. Lebih parahnya lagi, kota Jakarta kebanyakan dibeton [3]. Hal ini akan memperparah masalah drainase di Jakarta karena kurangnya daya serap air ketika hujan turun.


Adapun dampak negatif banjir yang paling parah, yaitu endapan sampah yang berpotensi menjadi berkembang-biaknya berbagai macam penyakit seperti infeksi kulit dan diare yang mudah menyebar dan menyerang siapa saja, khususnya anak-anak di bawah usia 5 tahun [6].


Net effect dari semua ini adalah banyaknya nyawa penduduk yang terancam. Tetapi, masyarakat yang paling sederhana lah yang paling terpukul karena kemungkinan besar mereka akan kehilangan rumah, pekerjaan, anggota keluarga, bahkan nyawa mereka sendiri hanya karena mereka tidak mampu membayar biaya pengobatan apabila mereka jatuh sakit.


Apa yang akan terjadi di kota Jakarta masih sebuah misteri. Yang jelas, tindakan di menit-menit terakhir tidak akan cukup. Semua lapisan masyarakat harus mempunyai inisiatif untuk melindungi masa depan mereka. Hanya dengan ini Jakarta bisa bertahan dan warganya dapat menikmati masa depan yang cerah.

 

Sumber:


Foto:


0 komentar
bottom of page