top of page
Cari

Bagaimana Caranya agar Larangan Penggunaan Kantong Plastik Sekali Pakai Efektif di Jakarta?

Sayur dan buah-buahan dibungkus dengan kantong plastik sekali pakai
Pada tanggal 1 Juli, Jakarta resmi melarang penggunaan kantong plastik sekali pakai. Apakah akan efektif?

Sumber: Karolina Grabowska [7]


To read this article in English, click here


Jakarta — Terobosan teknologi seperti drone kamera dan media sosial memperlihatkan betapa parahnya dampak polusi plastik pada lingkungan, mulai dari foto sampah plastik yang mengambang bebas di lautan sampai foto hewan laut mati terdampar dengan perut berisi sampah plastik [1,2].


Selain menyadarkan kita, gambaran di atas juga menyerukan perlunya perubahan dalam hal kebijakan maupun pola pikir


Sejumlah kota dan negara di dunia berinisiatif untuk mengurangi jumlah sampah plastik, di antaranya Negara Kenya, Taiwan, Zimbabwe, Montreal dan New Delhi. Di Kenya, siapa pun yang diketahui memproduksi dan/atau menjual kantong plastik dapat dipenjara selama 4 (empat) tahun atau dikenakan denda sebesar 38.000 dollar [3].


Larangan penggunaan kantong plastik ini membangkitkan harapan ke seluruh dunia bahwa Indonesia pun mampu melakukan perubahan. Sebagai contoh Kota Jakarta yang telah secara resmi melarang penggunaan kantong plastik sebagaimana tercantum dalam Peraturan Gubernur Nomor 142 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada Pusat Perbelanjaan, Toko Swalayan dan Pasar Rakyat. Peraturan Gubernur tersebut berlaku efektif sejak 01 Juli 2020.


Ketika peraturan tersebut diumumkan pada bulan Desember lalu, mayoritas penduduk Jakarta memuji Pemerintah Indonesia karena peraturan ini merupakan bukti komitmen Pemerintah dalam mencapai status bebas polusi sampah plastik pada tahun 2040 [4].


Peraturan ini juga ditetapkan setelah melihat dampak positif di sejumlah kota di Indonesia yang telah menerapkan larangan penggunaan plastik sekali pakai, seperti pada Denpasar - Bali, dimana penggunaan kantong plastik sekali pakai mengalami penurunan sebesar 80%[5].


Tempat wisata turis di Bali
Bali memimpin gerakan anti-plastik di Indonesia, tetapi ada beberapa hal yang harus dikaji ulang

Sumber: Jeremy Bishop [8]

ZWID menilai budaya Bali yang menjunjung tinggi adat istadat yang ditetapkan oleh Pemimpin Adat sebagai salah satu alasan utama mengapa peraturan ini efektif. Seperti yang diketahui, kepemimpinan mempunyai peran besar untuk memastikan perubahan dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan dampak yang diinginkan.

 
 

Meski demikian, penggunaan kantong plastik oleh pasar tradisional dan pedagang kaki lima hingga kini masih terhitung tinggi

BBPB Jakarta mengingatkan bahwa ada kemungkinan pasar tradisional dan pedagang kaki lima tidak sadar akan dampak negatif dari penggunaan plastik sekali pakai dan andaipun mereka sadar, kondisi finansial mereka tidak menjamin transisi dapat dilakukan.

Salah satunya adalah pedagang buah-buahan bernama Kadek Dini. “Toko-toko besar di mal atau supermarket mempunyai dana yang cukup untuk memberikan kantong kertas kepada pembeli. Bagaimana penjual buah-buahan seperti saya dapat melakukan yang sama? Tidak masuk akal. Plastik sangat murah, maka kami menggunakannya. Plastik sangat mudah dipakai,” ucapnya [5].

Apa yang terjadi di Bali adalah tolok ukur untuk Jakarta

Monumen Nasional mencakar langit biru
Kota Jakarta harus belajar dari kota-kota lain yang telah menerapkan peraturan ini

Sumber: Uray Zulfikar [9]


Sebagai kota terpadat di seluruh Indonesia, menerapkan peraturan ini “bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi bukan berarti mustahil,” kata ZWID.


Untuk memastikan peraturan ini berjalan efektif, Kota Jakarta harus belajar dari kota-kota lain yang telah menerapkan peraturan ini: apa yang efektif dan apa yang tidak; apa yang harus tetap sama dan apa yang harus diperbaiki.


Pelajaran utama yang dapat diambil dari Bali adalah kolaborasi antara Pemerintah, Pelaku Bisnis dan Konsumen harus menjadi prioritas, seperti yang ditegaskan oleh ZWID dan BBPB Jakarta.

Contohnya, Pemerintah harus bekerja sama dengan organisasi lingkungan untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap dampak lingkungan atas penggunaan plastik, terutama pada generasi muda untuk lebih sadar lingkungan dan terbuka terhadap perubahan [6].

 
 

Gaya hidup nol sampah atau zero-waste adalah gaya hidup yang harus dipertimbangkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

Satu tas pakai ulang berisi buah jeruk di atas meja
Gaya hidup nol sampah mengajak kita untuk lebih peduli lingkungan

Sumber: Karolina Grabowska [10]


Budaya sekali pakai merupakan pemicu utama polusi plastik. Kita membeli barang tanpa keperluan khusus dan membuang barang tersebut ketika rusak atau kita merasa bosan dan butuh sesuatu baru. Pola hidup ini sudah terlalu lama berakar dan lingkungan selalu menanggung konsekuensinya.


Sebaliknya, gaya hidup nol sampah mengajak kita untuk “sadar akan jangka hidup barang sebelum dan sesudah konsumsi,” kata ZWID.

Dengan mengurangi apa yang kita beli dan memakai ulang apa yang sudah ada, maka jumlah sumber daya alam yang dipakai untuk memproduksi barang baru pun akan berkurang. Begitu pula dengan jumlah sampah yang tertumpuk di TPA.


Sebagai penutup, mendaur ulang juga mendorong produsen untuk menggunakan sumber daya alam daur ulang sehingga menjunjung prinsip ekonomi sirkular dan bermanfaat untuk lingkungan, ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan.


Setiap orang berpikir untuk mengubah dunia, tetapi tidak ada yang berpikir untuk mengubah diri sendiri — Leo Tolstoy


Pada akhirnya, menjaga Bumi sama dengan membentuk hidup yang nyaman untuk kita. Tidak ada hidup yang nyaman tanpa Bumi yang sehat.


 

Plastik manakah yang dapat didaur ulang? Apa yang dimaksud dengan bioplastik? Apa arti dari angka yang ada di kontainer plastik? Cari tahu jawabannya di FORUM kami!

 

Sumber:


Foto:


0 komentar
bottom of page