top of page
Cari

Apakah Perubahan Iklim Rasis?

Kita butuh keadilan sosial agar keadilan lingkungan tercapai.

Kontras di antara lahan yang subur dan lahan yang tandus
Rasisme lingkungan merujuk pada ketidakadilan lingkungan yang terjadi pada kelompok rasial tertentu

Sumber: Veeterzy [13]


Untuk membaca artikel ini dalam Bahasa Inggris, klik disini.


Jakarta — Rasisme lingkungan mungkin terdengar asing.


Lagipula, bagaimana caranya Lingkungan rasis?


Yang jelas adalah lingkungan kita tidak rasis. Menurut Greenaction, istilah rasisme lingkungan merujuk pada ketidakadilan lingkungan yang terjadi pada kelompok rasial tertentu dikarenakan oleh sejumlah faktor, mulai dari kurangnya kekuatan politik sampai pembiaran yang dilakukan secara sengaja [1,2].


Pada akhirnya, kondisi ini mengakibatkan kelompok minoritas mempunyai risiko kesehatan yang lebih rentan dan kualitas hidup yang lebih rendah.



Rasisme sistemik memicu rasisme lingkungan

Polusi udara
Sejarah menunjukan bahwa komunitas minoritas selalu menjadi korban polusi yang paling terdampak

Sumber: Pixabay [14]


Sejarah menunjukan bahwa komunitas minoritas selalu menjadi korban polusi yang paling terdampak. Di Amerika Serikat (AS), diketahui bahwa 56% dari populasi yang tinggal berdekatan dengan tempat pengelolaan bahan beracun adalah komunitas minoritas yang tidak mempunyai kekuatan politik yang cukup kuat untuk mencegah peraturan tersebut [1].


Berdasarkan sebuah riset, warga kulit Hitam dan Hispanik Amerika menanggung beban bahaya polusi yang lebih daripada mestinya, mereka terekspos polusi udara 60% lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi mereka. Sebaliknya, warga kulit putih Amerika terekspos polusi udara 17% lebih rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi mereka [3].


Tetapi, salah satu contoh yang paling paling menonjol dalam beberapa tahun belakangan ini adalah krisis air di kota Flint, AS. Untuk sebagian besar warganya yang terjadi di Kota Flint merupakan sebuah bukti yang menunjukkan bahwa rasisme sistematik dapat memicu Rasisme Lingkungan, sementara mayoritas warga Kota Flint umumnya adalah berkulit hitam. Terlepas atas semua itu bahwa 40% adalah warga sederhana. Sebagai bukti, adalah sebuah kenyataan bahwa pada dua wilayah dimana tes darah dilakukan pada anak-anak menunjukkan kadar timbal yang tinggi, 60% warganya adalah warga kulit hitam [4].



Rasisme Lingkungan dalam skala Global: Indonesia

Tegallalang Rice Terrace, Indonesia
Indonesia mempunyai banyak masalah lingkungan, tetapi apakah kita pelaku satu-satunya?

Sumber: Maksim Shutov [15]


Globalisasi memberi peluang bagi perusahaan untuk meraup keuntungan maksimal dengan cara memindahkan produksi mereka pada negara-negara dengan kebijakan lingkungan yang lemah serta insentif pajak yang paling menarik.


Maka, tidak heran Indonesia adalah salah satu negara yang paling diincar.


Contohnya, Tambang Grasberg di provinsi Papua adalah salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia yang dimiliki oleh Freeport McMoRan berbasis di AS. Kondisi dimana kekayaan alam di Indonesia dapat dikuasai oleh perusahaan asing memang membingungkan, tetapi yang jelas adalah kegiatan operasi tambang yang dilakukan selama ini telah menimbulkan kerusakan lingkungan dalam bentuk kerusakan hutan dan pencemaran air [5]. Selain itu, kehidupan masyarakat adatpun semakin terancam menjadi “pameran di museum antropologis tentang budaya yang punah”[6].


Potongan kayu dari pohon yang habis ditebang
Lebih dari setengah hutan hujan di pulau Sumatera telah dibabat habis sejak tahun 1985

Sumber: Anton Bozhina [16]


Selain itu, ada juga masalah deforestasi. Tingkat deforestasi di Indonesia meningkat dua kali lipat sepanjang dekade terakhir dan yang menjadi pemicu utama adalah industri pulp dan kertas serta perkebunan kelapa sawit [7]. Buktinya, lebih dari setengah hutan hujan di pulau Sumatera telah dibabat habis sejak tahun 1985. Yang menarik adalah akhir-akhir ini terdapat banyak sekali produk di pasar AS yang berasal dari hasil penebangan pohon di Sumatera antara lain misalnya produk tisu toilet.


Secara ekonomi kedua negara telah diuntungkan dengan hubungan bilateral ini, akan tetapi kegiatan produksi yang selama ini dilakukan dengan tidak bertanggung jawab telah meninggalkan banyak persoalan lingkungan sebab hutan hujan Sumatera merupakan habitat asli dari berbagai macam flora dan fauna serta kehidupan masyarakat adat yang bergantung pada hutan [8].

 
 

Sumber: Our World in Data [9]


Terlebih daripada itu, Indonesia juga terancam oleh fenomena lain, yaitu perubahan iklim. Seperti yang terlihat pada grafik di atas, China adalah Negara penghasil emisi karbon dioksida tertinggi [9], sementara Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) telah memberikan peringatan bahwa pola cuaca ekstrem yang diakibatkan oleh perubahan iklim akan mempunyai dampak lebih besar untuk negara-negara berkembang, terutama di Afrika dan Asia.


"Dunia sedang mengalami perubahan iklim dan fenomena ini membawa dampak pada kita semua. Tidak ada Negara atau Komunitas yang luput," kata António Guterres, Sekretaris Jendral PBB, “dan seperti biasa, penduduk miskin dan yang paling rentan lah yang selalu yang pertama dan paling terpukul” [10].

Sebagai contoh kota Jakarta. Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh kota Jakarta beberapa tahun terakhir adalah banjir yang frekuensi dan intensitasnya terancam naik apabila perubahan iklim terus melaju seperti sekarang [11]. Apalagi, Indonesia juga telah menjadi tempat pembuangan sampah plastik dari Australia, Eropa dan Amerika Utara sejak China melarang impor sampah plastik. Pada tahun 2018, impor sampah plastik di Indonesia meningkat menjadi total 320 ribu ton dibandingkan tahun sebelumnya [12].


Pekerja di Tempat Pembuangan Akhir sampah
Indonesia telah menjadi tempat pembuangan sampah plastik

Sumber: Tom Fisk [17]


Yang menjadi pokok masalah adalah Indonesia bahkan belum mampu untuk mengatasi sampah domestik. Menurut riset yang dilakukan oleh World Bank, 20% sampah plastik yang dihasilkan Indonesia berakhir di sungai. Alhasil, risiko banjir pun semakin tinggi dengan adanya penyumbatan sungai. Net effect dari semua ini adalah banyaknya nyawa warga yang terancam. Akan tetapi, masyarakat yang paling sederhanalah yang paling terpukul karena sebagian besar dari mereka tinggal berdekatan dengan sungai dan terlebih lagi endapan sampah akibat banjir sangat berpotensi menjadi tempat berkembang-biaknya berbagai macam penyakit [11, 12].


Tanpa tindakan dari negara-negara di atas, prediksi dimana Jakarta akan menjadi kota yang paling cepat tenggelam di dunia semakin nyata dan akan terjadi lebih cepat dari perkiraan pada tahun 2050.

 
 

Keadilan Sosial adalah kunci dari Keadilan Lingkungan


Tanpa disadari, masing-masing kita merupakan bagian dalam suatu sistem yang memperkaya sekelompok dan sementara memiskinkan yang lain. Tetapi, perlu dicatat bahwa sistem ini beroperasi dengan pola tertentu, maka kiranya masih ada kesempatan untuk melakukan perubahan dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk memperjuangkan perubahan tersebut. Mari kita merancang masa depan dimana kita semua dapat hidup dengan keyakinan bahwa rumah kita aman dan hak kita dihormati.


Climate change protest banner

Sumber: Markus Spiske [18]

 

Ingin bertanya tentang Rasisme Lingkungan? Kunjungi halaman FORUM kami!


Sumber:


Foto:

[15] https://unsplash.com/photos/8r4wuOqFESo


Commentaires


bottom of page