To read this blog in English, click here
Di tahun-tahun terakhir ini, telah dilakukan perbincangan serius oleh pemerintah Indonesia mengenai pemindahan status ibu kota dari kota Jakarta. Pada tahun 2017, di era kepresidenan Bapak Joko ‘Jokowi’ Widodo, dimulailah sebuah upaya besar untuk melakukan kegiatan pemindahan ibu kota tersebut [1]. Salah satu alasan bagi upaya ini adalah berbagai masalah lingkungan, yakni dalam bentuk polusi air dan udara, yang telah menyiksa kota Jakarta selama bertahun-tahun lamanya [2][3]. Selain itu, karena kota Jakarta dibangun di atas tanah berawa, kota tersebut kini sedang tenggelam dengan kecepatan rata-rata 1-15 sentimeter per tahun, sehingga sering terjadi banjir yang disebabkan oleh hujan serta naiknya tinggi permukaan laut [4]. Oleh karena alasan tersebut dan supaya kota Jakarta bisa kembali pulih, pemerintah Indonesia akhirnya memutuskan untuk memindahkan ibu kotanya ke sebuah kota baru yang direncanakan akan dibangun di area Kalimantan Timur [5].
Sejak saat itu, sudah ada banyak perkembangan dalam proses relokasi ibu kota ke kota baru yang telah dianugerahi dengan nama “Nusantara” tersebut [6]. Pemerintah Indonesia menginginkan agar Ibu Kota Nusantara (IKN) bisa hijau dan zero-emission, maka dari itu dilaksanakanlah kontes desain ibu kota yang berlangsung selama 2 bulan dari Oktober hingga November 2019 [7]. Desain yang memenangkan kontes tersebut bernama Nagara Rimba Nusa, dan didesain oleh tim bernama “URBAN+” melalui prinsip ‘Biomimikri’, yang berarti mereka mempelajari dan menggunakan model dan elemen dari alam dalam desain mereka [8][9].
Photo by URBAN+ [16]
Sambil memperhatikan himbauan dari media internasional dan organisasi-organisasi berbasis lingkungan, tim URBAN+ menghasilkan sebuah desain kota ramah lingkungan yang bertujuan untuk memperkenankan pergerakan angin dan air di sekitar kota. Hal ini berarti bahwa hutan dan satwa liar dapat tumbuh dan berkembang di dalam dan di sekitar area kota [10]. Desain ini juga meliputi kebun botani, hutan bakau, hutan lindung, hutan restorasi, hutan biomass, hutan alga, area eko-wisata hutan hujan tropis, dan area eko-wisata orang utan [11].
Photo by URBAN+ [17]
Karena IKN akan dibangun berdasarkan basis ‘Kota Hutan’, prinsip keharmonisan dengan alam akan menjadi salah satu indikator kinerja utama dari perkembangan kota tersebut. Pertama, kota tersebut diharapkan untuk menggunakan lebih dari 75 persen dari areanya yang berukuran 256.142 hektar itu sebagai ruang hijau. Kedua, diharapkan agar 100% dari penduduk kota tersebut bisa menjangkau sebuah ruang terbuka hijau hanya dalam 10 menit. Ketiga, kota tersebut diharapkan untuk menggantikan 100% dari area yang digunakan untuk membangun setiap gedung bertingkat berbasis institusional, komersial, maupun perumahan, serta gedung apapun yang memiliki lebih dari 4 lantai, dengan ruang hijau [12]. Dikarenakan tingginya standar yang diharapkan dari ibu kota baru tersebut, diperkirakan bahwa IKN baru akan benar-benar selesai dibangun pada tahun 2045 [13].
Di tahun-tahun yang akan datang, bisa dipastikan bahwa akan muncul berbagai tantangan yang akan mengancam, atau paling tidak memperlambat pembangunan IKN. Terlepas dari itu, pemerintah Indonesia telah mengatakan bahwa pembangunan dari infrastruktur dasar kota tersebut akan segera dimulai di tahun ini [14]. Pada tahun 2024 kelak, diharapkan bahwa Ibu Kota Nusantara sudah bisa mengambil gelar dan kewajiban dari sebuah ibu kota dari kota Jakarta [15].
Photo by Agus Suparto [18]
Ingin membahas topik lain? Yuk, diskusi di forum!
Sumber:
[1] https://www.thejakartapost.com/news/2017/04/10/indonesia-studies-new-sites-for-capital-city.html
[2] https://www.thejakartapost.com/news/2018/02/02/jakartas-river-water-severely-polluted-bappenas.html
Gambar:
Comments