To read this blog in English, click here!
Sumber: Brian Yurasits [9]
Belanja, belanja, belanja. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan, mulai dari fungsi, urgensi, hingga bagaimana bagaimana pola belanja kita akan berdampak pada lingkungan, masyarakat dan kita sendiri.
Berdasarkan survei Nielsen tahun 2015 didapatkan hasil bahwa 68% responden mengatakan mereka bersedia membayar ekstra untuk barang-barang berkelanjutan [1]. Selain itu, 73% generasi millennial mengatakan bahwa mereka cenderung mengubah keputusan pembelian berdasarkan dampak lingkungan [2]. Di Indonesia, 94% konsumen menekankan pentingnya perusahaan untuk lebih memperhatikan dampak lingkungan dan mempraktikkan pola keberlanjutan [3].
Seiring tren ini berkembang di pasar global, beberapa perusahaan telah berusaha memanfaatkannya. Tidak jarang perusahaan menginvestasikan lebih banyak waktu dan uang untuk memasarkan merek mereka sebagai merek yang "hijau" daripada benar-benar melakukan kerja keras untuk membuatnya benar benar hijau [4].
Perilaku yang disebut greenwashing ini tidak hanya menyesatkan konsumen, tetapi juga menimbulkan serangkaian implikasi negatif.
Baca Juga: Greenwashing: Cerita tentang Produk Ramah Lingkungan yang Sebenarnya Tidak Ramah Lingkungan
Dampak Greenwashing
Sumber: Markus Spiske [10]
1. Konsumen
Konsumen yang menjadi korban dari teknik pemasaran dan periklanan yang menyesatkan seperti greenwashing pada akhirnya dapat membeli produk yang dapat menimbulkan risiko kesehatan. Misalnya, produk pembersih "alami" atau "organik" yang mungkin mengandung bahan kimia berbahaya [6].
2. Bisnis
Sementara perusahaan yang berkelanjutan memang benar-benar melakukan usaha yang membuat bumi lebih hijau, kehadiran dan upaya mereka sering kali terhalang oleh pasar yang "terlalu hijau", hal ini memperlambat penetrasi produk ramah lingkungan yang sah ke pasar [7].
Greenwashing dapat menyebabkan konsumen merasa putus asa dengan upaya keberlanjutan apa pun yang mungkin dilakukan perusahaan, yang berpotensi dan beresiko merusak pengembangan produk ramah lingkungan berbasis insentif yang didorong pasar [7].
3. Lingkungan
Dalam greenwashing, perusahaan tidak benar-benar mencoba mengubah pola produksi atau bahan menjadi lebih ramah lingkungan. Mereka hanya mengejar strategi pemasaran yang membuat aktivitas mereka terlihat memiliki manfaat bagi lingkungan padahal sebenarnya tidak. Hal ini dapat menyesatkan orang dan mengarahkan mereka pada tindakan yang tidak berkelanjutan [8].
Implikasinya, greenwashing tidak benar-benar membantu inisiatif ekonomi sirkular. Sebaliknya, masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh sistem produksi kita tetap sama atau mungkin, menjadi lebih buruk.
Sumber: Campaign Creators [11]
Dampak ini seharusnya membuat kita waspada untuk menjadi individu yang lebih sadar akan dampak bagi lingkungan dan sadar akan pola berbelanja kita. Salah satu cara yang dapat kita lakukan adalah mulai menjadi pembeli yang teliti dengan melakukan riset sebelum membeli produk dengan memastikan semua produk aman bagi lingkungan. Karena itu semua sudah menjadi tugas kita.
Sumber:
[1]https://www.intracen.org/uploadedFiles/intracenorg/Content/Publications/EU%20Market%20for%20Sustainable%20Products_Report_final_low_res.pdf
[4] https://www.businessnewsdaily.com/10946-greenwashing.html#:~:text=Greenwashing%20is%20when%20a%20company,services%20from%20environmentally%20conscious%20brands.
[5] Nat's article
Foto:
Commentaires