To read this article in English, click here
Periode festival dan liburan adalah waktu dimana kita cenderung membuang makanan lebih banyak dari biasanya dan bulan Ramadhan menjadi salah satunya. Selama bulan Ramadhan, masyarakat dibiasakan untuk mempererat hubungan antar sesama. Contohnya saat iftar, yaitu buka puasa untuk umat Muslim di bulan Ramadhan, yang sering diadakan bersama yang mengakibatkan adanya keperluan untuk meningkatkan kebutuhan bahan makanan.
Source: Waste360[1]
Tahukah kalian bahwa contoh ini memiliki dampak negatif bagi lingkungan?
Sesuai dengan data yang didapatkan, permintaan produk daging meningkat hampir 50%[2] setiap bulan Ramadhan. Bukan hanya produk daging, namun hampir semua produk makanan juga mengalami kenaikan permintaan. Diketahui bahwa, permintaan yang ada ternyata tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan. Sebagai akibatnya, muncul banyak makanan yang tersisa dan menjadi limbah.
Sebagai contoh, UAE menyatakan bahwa sektor perhotelannya menghasilkan limbah makanan dua kali lebih banyak di bulan Ramadhan dan faktor utamanya adalah karena pola pikir pengunjung yang ingin menghidangkan makanan berbuka puasa yang melimpah dan menggiurkan. Menurut Kementerian Perubahan Iklim dan Lingkungan (MOCCAE), permasalahan tersebut merugikan ekonomi negara lebih dari $3,5 miliar per tahun[3].
Selain itu, laporan Program Lingkungan PBB tahun 2021 "The State of Food Waste in West Asia" membuktikan adanya 25-50%[4] makanan di negara-negara Arab yang terbuang sia-sia selama bulan Ramadhan.
Bahaya dari limbah makanan juga dapat dibuktikan dari hasil pembusukan sampah makanan yang menghasilkan gas metana. Tahukah kamu bahwa metana adalah gas rumah kaca yang lebih kuat daripada karbon dioksida? Karena itu, gas metana sangat membahayakan lingkungan dan memicu peningkatan pemanasan global.
Source: BMMI Group[5]
Lalu bagaimana cara kita agar bisa mengurangi sampah sembari tetap merayakan bulan Ramadhan?
Menghindari pembelian yang berlebihan menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi limbah makanan. Cara tersebut dapat kita aplikasikan dengan menulis daftar makanan yang harus dibeli dan jumlah yang dibutuhkan. Dengan begitu, kita juga akan meminimalisir pengeluaran.
Menanamkan kebiasaan untuk membawa tempat makan yang dapat dipakai ulang (reusable) juga memiliki efek yang sangat baik untuk lingkungan. Makanan yang tidak habis dan belum tersentuh dapat kita simpan di tempat makanan yang kita bawa lalu bisa kita makan nanti atau diberikan ke orang lain. Sedemikian rupa, sambil membantu orang yang membutuhkan, kita sekaligus membantu menjaga lingkungan dengan meminimalisir sampah makanan.
Pembuatan kompos dari sisa makanan juga menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi limbah makanan. Kompos yang dibuat dari sisa makanan akan bermanfaat bagi tanaman dan memiliki kandungan yang lebih baik untuk pertumbuhan tanaman karena berasal dari bahan organik. Cara ini akan membantu pelestarian lingkungan melalui pengurangan penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang memiliki dampak buruk bagi lingkungan.
Yuk menyambut Idul Fitri yang lebih ramah lingkungan dengan mengurangi sampah makanan!
Apa yang Anda ingin kami bicarakan selanjutnya? Tulis di forum kami HERE!
Source(s):
Photo(s):
Comments