To read this blog in English, click here
Layaknya waktu kematian seorang manusia, ketika kepunahan suatu spesies secara resmi dideklarasikan, biasanya cerita spesies itu akan berakhir sampai di situ saja. Akan tetapi, ada beberapa kasus langka dimana pendeklarasian kepunahan suatu spesies dilakukan terlalu cepat. Ketika kesalahan ini terjadi, maka spesies tersebut akan masuk ke dalam kategori Lazarus Taxon (atau Lazarus species), yaitu sebuah grup yang berisikan spesies yang dikira sudah punah, tapi lalu ditemukan kembali [1]. Istilah tersebut diciptakan oleh Karl W. Fressa dan David Jablonski pada tahun 1983 [2], sambil mengacu pada sebuah cerita di dalam alkitab Kristen dimana Yesus Kristus membangkitkan seseorang bernama Lazarus dari kematian.
Layaknya semua cerita yang luar biasa, cerita Lazarus bisa dipertanyakan kebenarannya. Akan tetapi, di zaman yang modern seperti sekarang pun masih ada cerita kebangkitan, misalnya kebangkitan sebuah spesies. Ini terjadi sebab kepunahan suatu spesies, terutama yang diperkirakan punah di zaman prasejarah, sangat sulit untuk dipastikan. Salah satu contoh paling terkenal dari kasus ini adalah cerita kebangkitan ikan Coelacanth, yaitu sebuah ikan yang sebelumnya dianggap sudah punah sejak 65 juta tahun yang lalu bersama para dinosaurus [3]. Pada tahun 1938, seekor spesimen Coelacanth ditemukan di jaring sebuah kapal nelayan di area muara sungai Chalumna. Ikan tersebut pun segera dipelajari oleh kurator museum East London bernama M. C. Latimer, dan temannya yaitu Profesor J. L. B. Smith, yang nantinya akan berhasil menebak identitas dari ikan tersebut [4]. Nama spesies ikan tersebut, yaitu Latimeria chalumnae, diberikan oleh Smith berdasarkan nama temannya Latimer, dan nama sungai Chalumna di mana ikan itu ditemukan [5].
Gambar oleh Museum East London [13]
Beberapa dekade kemudian, pada tanggal 18 September 1997, seorang biolog kelautan bernama Mark V. Erdmann dan istrinya menemukan seekor ikan Coelacanth yang sedang dijual di sebuah pasar di sebuah pulau vulkanik bernama Manado Tua di Indonesia [6]. Mark pertama mengira bahwa ikan tersebut merupakan jenis Latimeria chalumnae, tetapi kemudian dia menjadi ragu karena ikan tersebut ditangkap di lokasi yang sejauh 10.000 km dari lokasi terdekat dari populasi jenis tersebut. Delapan bulan kemudian, pada tanggal 30 Juli 1998, spesimen kedua dari ikan tersebut ditemukan di dalam jaring seorang nelayan Indonesia bernama Om Lameh Sonathan [7]. Mark akhirnya bisa mempelajari seekor ikan Coelacanth yang masih hidup, dan nantinya akan mempublikasikan penemuannya itu di sebuah jurnal internasional bernama Nature [8][9]. Setelah itu, seorang ilmuwan bernama Laurent Pouyaud akan mengklasifikasikan spesimen tersebut sebagai sebuah spesies yang baru, yang kemudian diberinya nama Latimeria menadoensis [10].
Gambar oleh Mark Erdmann [14]
Penemuan ikan Coelacanth yang dulunya dianggap sudah punah pun menjadi berita besar di dunia sains. Akan tetapi, pengetahuan tentang keunikan ikan ini membuat mereka hampir diburu sampai punah. Perburuan besar-besaran tersebut dipicu oleh permintaan para kolektor kaya yang menginginkan ikan ini di akuarium mereka. Selain itu, ada pula beberapa praktisi pengobatan cina yang menginginkan ikan tersebut, karena mereka beranggapan bahwa cairan dari seekor jenis ikan yang sudah ada sejak zaman dinosaurus akan menjadi kunci bagi sebuah ramuan keabadian [11]. Alhasil, kedua spesies ikan Coelacanth tersebut kini menjadi spesies yang dilindungi pemerintah, baik secara internasional melalui CITES (Convention on International Species of Wild Fauna and Flora) maupun secara nasional melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 [12], dengan harapan bahwa ikan ini tidak akan punah untuk yang kedua kalinya.
Ingin membahas topik lain? Yuk, diskusi di forum!
Sumber:
[5] Smith, J. L. B. 1956. “Old Fourlegs: The Story of the Coelacanth”. Longmans, Green & Co., New York.
Gambar:
[13] East London Museum https://www.saiab.ac.za/newsroom/a-christmas-story:-22-december-1938-.htm
[14] Mark Erdmann https://birdsheadseascape.com/regional/living-fossil-found-raja-ampat-local-fishermen-raise-coelacanth-susan-vulpas/
Comments