Sumber: Jess Bailey [10]
To read this blog in English, click here
Seberapa sering kalian berbelanja? Pernahkah kalian berpikir berapa banyak plastik yang digunakan untuk mengemas barang yang kalian beli?
Jumlah total kemasan yang dihasilkan naik sebesar 6,6 juta ton dari tahun 2007 hingga 2017 atau meningkat sebesar 9,3% [1]. Meskipun memberikan manfaat ekonomi dan meningkatkan produktivitas sumber daya, kemasan menyumbang hampir setengah dari limbah plastik global karena sebagian besar dibuang setelah sekali pakai [2].
Lebih parahnya lagi, plastik membutuhkan waktu 450-1000 tahun untuk terurai dan plastik akan terurai menjadi partikel kecil yang dikenal sebagai mikroplastik yang mempunyai dampak lingkungan yang besar [3].
Tak perlu diragukan, kita perlu membuat perubahan dan perubahan pertama yang kita bisa lakukan adalah beralih ke kemasan ramah lingkungan. Berikut beberapa kemasan ramah lingkungan yang kalian bisa coba:
1. Rumput laut
Sumber: Wolfgang Hasselmann [11]
Menggunakan kemasan berbahan dasar nabati adalah salah satu cara untuk mengurangi jejak karbon kita karena kemasan berbahan dasar nabati lebih mudah terdegradasi [4].
Produk kemasan berbahan dasar rumput laut sudah banyak beredar, salah satunya kemasan rumput laut dari Evoware [5]. Misi Evoware adalah untuk menyediakan solusi terhadap polusi plastik dengan membangun kampanye serta menawarkan alternatif pengganti plastik.
Apa yang membuat rumput laut begitu menakjubkan adalah bahwa proses budidaya rumput laut dapat menyerap 20,7 ton emisi karbon dioksida, menjadikannya teman yang hebat untuk melawan perubahan iklim [6]!
2. Ampas tebu
Sumber: Hafisa Rafique [12]
Ampas tebu adalah residu kering yang tersisa setelah batang tebu atau sorgum dihancurkan untuk diambil sarinya. Karena sifatnya yang lunak dan lengket, ia dapat dicetak menjadi kemasan yang sesuai untuk pengiriman makanan — mirip dengan polistiren. Tidak seperti polistiren, ampas tebu benar-benar dapat terurai dan dapat dibuat kompos [7]!
3. Plastik dari Singkong
Sumber: James Cameron [13]
Siapa yang suka singkong? Ada satu alasan tambahan kenapa kalian harus menyukai singkong. Ternyata, singkong juga bisa digunakan sebagai bahan dasar untuk memproduksi kemasan ramah lingkungan.
Avani memproduksi kemasan yang terbuat dari singkong dapat terurai dalam waktu kurang dari 150 hari dalam air [8]. Selain itu, kemasan tersebut bisa digunakan sebagai bahan dasar kompos!
4. Kertas dari kulit jagung
Sumber: Cristina Anne Costello [14]
Pada tahun 2019, Laboratorium Sains dan Teknik Mesin Universitas Hasyim Asy'ari melakukan percobaan dengan kulit jagung [9]. Limbah yang tidak terpakai ini ternyata bisa diolah menjadi kertas untuk bahan pengemas seperti kantong kertas. Kulit jagung memiliki kadar selulosa yang tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kertas. Selain itu, kertas ini juga memiliki tingkat keteruraian hingga 50% dan membuatnya lebih mudah terurai di alam.
5. Gunakan tas belanja kalian
Sumber: Priscilla Du Preez [15]
Kemasan berbahan dasar nabati tentu merupakan alternatif pengganti yang baik, tetapi bukankah lebih baik apabila kita berhenti menggunakan kemasan?
Ini adalah waktu yang tepat untuk kembali pada tas belanja kalian dan membawanya setiap kali kalian bepergian. Dengan begitu, kita bisa berkontribusi dalam mengurangi limbah dari kemasan sekali pakai sekaligus meminimalkan dampak ekstraksi alam untuk pembuatan kemasan.
Selain alternatif-alternatif yang telah disebutkan sebelumnya, masih banyak kemasan lain yang juga ramah lingkungan. Bahkan, masyarakat Indonesia sebenarnya sudah terbiasa menggunakan kemasan ramah lingkungan pada makanan tradisional yang sering kita jumpai, seperti daun pisang atau daun pandan.
Sumber:
[8] https://fashnerd.com/2017/09/avani-cassava-ecobags-sustainability/#:~:text=The%20cassava%2Dbased%20eco%20bags,can%20be%20found%20across%20Indonesia.
Foto:
Comments