For the article in English, click here
Dunia mampu mengurangi emisi karbon dalam jumlah besar dari atmosfer hanya dengan beralih ke energi hijau, tetapi perjalanan menuju konversi penuh tampaknya masih lama. Energi tak terbarukan telah menyumbang triliunan dolar AS bagi perekonomian global. Apakah energi terbarukan dapat mengalahkan bahan bakar fosil dalam hal kelayakan ekonomi dan keberlanjutan?
Mari kita telusuri mengapa kita bergantung pada bahan bakar fosil, mengapa kelestarian lingkungan penting bagi perekonomian berkembang, dan mengapa bahan bakar fosil merupakan risiko kesehatan yang dapat mengganggu produktivitas kita.
“Teknologi yang diperlukan untuk mencapai zero carbon sudah ada saat ini - tantangannya adalah menggunakannya dengan kecepatan dan skala, dan saya tetap optimis bahwa kita dapat mewujudkannya.” - Bernard Looney, CEO Bp
Di Jantung Ekonomi Global Kita
Bahan bakar fosil telah mendominasi lanskap global sebagai industri bernilai triliunan dolar dan juga membentuk ekonomi global sampai detik ini. Daya pikatnya bagi para wirausahawan dan pemimpin global sama-sama telah menyumbang triliunan dolar dalam bentuk subsidi sekaligus menciptakan jutaan pekerjaan dan bisnis [1].
Selain itu, terdapat dua faktor yang mendorong kesuksesan bahan bakar fosil sebagai sumber energi yaitu sifatnya yang lebih dapat dibandingkan sumber energi lain dan ideal untuk mendukung transportasi. Misalnya, bensin satu miliar kali lebih padat energi dibandingkan energi angin dan tenaga air [2].
Terlebih daripada itu, industri bahan bakar fosil memiliki rantai pasokan yang lebih panjang dan lebih menguntungkan dibandingkan dengan industri energi surya [3]. Mengawali revolusi industri dan menarik orang keluar dari kemiskinan di abad yang lalu menempatkan industri bahan bakar fosil di jantung ekonomi global kita.
Source: Bp [7]
Masa Depan Kita Yang Berkelanjutan
Penggunaan energi tak terbarukan secara terus menerus juga dapat merugikan kesehatan kita. Bahan bakar fosil berkontribusi pada polusi yang mengakibatkan kematian sebesar tujuh juta individu setiap tahun dan sebagian besar di pasar negara berkembang [4]. Pada akhirnya, hal ini mempunyai potensi menghambat pertumbuhan ekonomi [5].
Dua pertiga dari emisi karbon disebabkan oleh produksi energi [4]. Bahan bakar fosil merupakan 81% dari sumber energi kita secara global, dan telah memiliki porsi serupa dalam susunan energi global selama beberapa dekade. Tanpa konsekuensi dari perubahan iklim pun, bahan bakar fosil adalah sumber energi terbatas yang akan habis di masa depan [6].
Sebaliknya, energi terbarukan diciptakan dari “fenomena yang terjadi secara alami” sehingga penggunaannya akan membantu melestarikan lingkungan dan menopang mata pencaharian [7].
Sebagian besar barang dan jasa lingkungan tidak dapat dihitung harganya melalui tidak melewati pasar formal. Misalnya, udara bersih adalah public good, juga kayu bakar, buah-buahan dan daging dari spesies satwa liar. Di ekonomi miskin, banyak yang bergantung pada barang dan jasa publik. Namun, manfaatnya sulit untuk diukur dan seringkali tidak tercatat dan tidak berkontribusi pada statistik, oleh karena itu diabaikan oleh perencana kebijakan ekonomi [7].
World Economic Forum [4].
Pada akhirnya, industri energi tak terbarukan seperti bahan bakar fosil mempunyai peranan besar dalam pembentukan ekonomi modern. Namun, telah terbukti bahwa energi tak terbarukan tidak mempunyai tempat di masa depan yang kita sedang bangun yaitu ekonomi yang berkelanjutan.
Source:
[1] https://theconversation.com/climate-explained-could-the-world-stop-using-fossil-fuels-today-138605
[3] https://www.forbes.com/sites/daneberhart/2020/08/03/its-harder-than-you-think-to-stop-using-fossil-fuels/?sh=3113b6c5202c
Graphs:
留言