Tenaga air, angin, matahari, biomassa, dan tenaga panas bumi muncul sebagai energi alternatif untuk bahan bakar fosil.
Sumber: Pixabay [4]
To read this blog in English, click here
Tenaga air: Air dapat menghasilkan energi dalam jumlah besar, dan pembangkit listrik tenaga air adalah energi terbarukan yang terpopuler di dunia, diikuti dengan memanfaatkan energi pasang surut dari laut [1]. Meskipun terbarukan, membangun fasilitas pembangkit listrik tenaga air memerlukan lahan yang cukup luas sehingga ada risiko menumbangkan penduduk setempat. Selain itu, pembangunannya juga dapat berdampak negatif pada satwa liar dan meningkatkan tingkat kekeringan di wilayah tersebut.
Wind: Manusia telah memanfaatkan angin sebagai salah satu sumber energi yang dipakai sehari-hari selama beberapa abad. Negara Cina, Amerika Serikat dan Jerman adalah pelopor pembangkit listrik tenaga angin. Berdasarkan tren selama dekade terakhir, offshore wind farms semakin naik daun. Akan tetapi, pembangkit listrik tenaga angin merupakan ancaman bagi kehidupan liar karena burung yang terbang bebas dapat terbunuh dan terluka jika terbang menuju ke arah turbin angin [2].
Solar: Selain tenaga angin, tenaga surya juga semakin digemari sebagai salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil dengan adanya peningkatan sebesar 4.300% dalam kapasitas energi dari tahun 2007 sampai dengan 2017 [3]. Peningkatan tersebut dipimpin oleh negara Cina, Jepang dan Amerika Serikat. Walaupun penggunaannya dapat mengurangi biaya listrik investor dalam jangka panjang, pembangkit listrik tenaga surya memerlukan biaya awal yang cukup tinggi dan hal ini menjadi salah satu alasan utama mengapa investor menghindarinya.
Biomass: Biomassa juga dapat digunakan sebagai bahan bakar penghasil energi listrik dan populer dalam bentuk biofuel, terutama etanol dan biodiesel. Kritik biomassa berpendapat bahwa penggunaannya berkontribusi pada pertanian yang tidak berkelanjutan sehingga dapat merusak lingkungan [3].
Geothermal: Geotermal merupakan sumber energi yang relatif ramah lingkungan karena memanfaatkan energi panas bumi [3]. Oleh karena itu, geotermal sering dimanfaatkan untuk memanaskan dan mendinginkan sesuatu. Ekstraksi berskala besar melibatkan mencari sumber panas bersuhu tinggi jauh di bawah tanah sementara ekstraksi berskala kecil hanya menggunakan sumber panas beberapa meter di bawah tanah dan jenis ini sering dimanfaatkan untuk penghangat di gedung. Kekurangan dari penggunaan geotermal adalah penggunaanya mengeluarkan bau busuk dan dapat melepaskan hidrogen sulfida.
Baca juga: Mengapa Membakar saat Dunia Menderita?
Sumber:
[1] https://www.nrdc.org/stories/renewable-energy-clean-facts
[2] https://www.energy.gov/eere/wind/advantages-and-challenges-wind-energy
Foto:
Comments